Sinopsis Mimi episode 2 part 2



Sinopsis Mimi episode 2 part 2




Desiran angin di tempat tertinggi dari rumah sakit itu, mendatangkan pria bertato. Mimi berlari ke arahnya untuk memohon, “Lakukan sesuatu. Lakukan sesuatu! Aku.. Aku berjanji. Aku akan pergi. Aku hanya harus pergi.” Mimi mengaitkan lengannya, mengguncang-guncangkan lengan pria bertato dengan tangis yang tertahan.



Dengan wajah kakunya, pria bertato itu membuat guncangan pelan dari tongkat hitam yang ia ketuk-ketukan beberapa kali.


Seketika, Minwoo tersadar, langkahnya mundur untuk meninggalkan ujung rooftop. Nafas Mimi yang tertahan kembali melega.


Janji yang Mimi buat harus ditepati, ia akan pergi. Pria bertato menyorongkan sekotak korek api yang hanya berisi tiga batang. “Sekarang, hal terakhir yang harus dilakukan adalah mengembalikan kenangan Minwoo,” ungkap Pria bertato. “Saat Minwoo kehilangan ingatannya, kebahagiaannya juga terhapus. Saat itu, Minwoo benar-benar pria yang memiliki kepribadian yang hangat dan ia sangat bersinar, semua sifatmu itu pun ikut terhapus,” jawab Mimi seraya menerima sekotak korek api.

Sekotak korek api itu adalah penghubung kehidupan Minwoo dan Mimi. Korek api yang hanya tersisa tiga batang tersebut merupakan sisa dari api unggun buatan Minwoo, kala mereka berada di dalam ruang seni di tahun 2003. Sekotak korek api yang juga sebagai penanda, first kiss antara Minwoo dan Mimi.



“Jika kau menyalakannya, maka Minwoo akan dapat melihatmu. Kau hanya memiliki tiga kesempatan. Jika setiap kesempatan yang kau pakai tidak dapat membuat Minwoo mengingat kembali kenangannya, maka aku tidak bisa menjamin keselamatan Minwoo. Saat ini, Minwoo sendirilah yang harus mengembalikan kenangannya. Jika ia tidak mampu mendapatkan kembali kenangannya itu, maka yang tertinggal hanya kebingungan yang akan membuat hidup Minwoo bertambah sulit,” ungkap pria bertato.


Staff Webtoon menunjukkan sebuah kontrak hubungan kerja pada Minwoo. Karena Minwoo akan menjadi salah satu bagian dari penulis yang terlibat dalam galeri webtoon, maka sudah saatnya Minwoo mendapatkan pembayaran dalam jumlah besar, “Uangnya akan langsung masuk ke dalam rekening bankmu saat ini juga,” kata Staff Webtoon dengan tawa lebar khasnya. Mendengar hal tersebut, Minwoo tersenyum, “Terimakasih.”


Hal pertama yang dilakukan Minwoo saat mendapat uang adalah memberikannya pada sang Ibu. Ia datang mengunjungi Ibunya yang tinggal di pinggiran kota. Rumahnya terlihat asri dan segala hal tertata sangat rapih. Bahkan beberapa barang yang telah usang peninggalan masa-masa SMA dari Minwoo masih tersimpan. Minwoo tersenyum mengingat setiap kenangan yang dapat ia ingat. Ia membuka kembali buku sketsa yang terdapat di lemari buku.

Beberapa sketsa tentang dua karakter yang tengah bersepeda, dua karakter yang tengah menikmati pemandangan kota, sketsa wajah dari seorang perempuan. Semua ini membuat Minwoo mengerutkan kening, tak satupun ada diingatannya kalau ia pernah membuat sketsa tersebut. Tapi, sketsa wajah seorang perempuan yang terdapat di sampul buku bagian akhir, wajah perempuan ini sangat familiar.
 
Panggilan telepon dari Jang Eun Hye membuat Minwoo mengalihkan diri. Jang Eun Hye mengundang Minwoo untuk datang ke acara makan bersama, “Karena ini adalah pertemuan pertama untuk membahas pameran gallery webtoon, maka semua penulis webtoon yang terlibat diharuskan untuk datang. Kau harus mengambil sedikit waktu, datanglah.” Minwoo mengangguk lalu menjawab seadanya, “Aku mengerti.”

Di acara makan bersama itu, Minwoo mabuk berat. Ia sudah menghabiskan beberapa gelas alcohol. Seseorang meminta pendapat Minwoo, “Bagaimana menurut pendapat penulis Han. Cinta itu mengubah anak kecil menjadi dewasa dan mengubah seorang yang dewasa menjadi anak kecil. Kau terlihat sangat pandai dalam berkencan.” Minwoo tertawa kecil, dirinya sudah sangat dipengaruhi oleh alcohol, hingga jawaban yang diucapkan Minwoo terdengar sangar, “Semua hal yang tertinggal di dalam ingatanku, bahwa cinta adalah… cinta seperti tengah menonton bioskop, meskipun kau datang 15 minutes lebih awal, dan kau datang sendirian, bukan berarti film akan secepatnya diputar. Itu bukan pengertian cinta dari otakku, itu dari seorang penulis novel bernama Romain Rolland. Apa kalian tidak tau itu?!”

Semua staff webtoon yang hadir, terkejut dengan tanggapan tidak sopan dari Minwoo, tapi Jang Eun Hye segera membela Minwoo dan mencairkan suasana, “Penulis Han terlihat sangat mabuk. Bagaimana kalau kita toast bersama.” Semuanya setuju dan meninggalkan permasalahan Minwoo.

Perut Minwoo terasa sangat mual, entah sudah berapa banyak alcohol yang ia minum. Hingga membuat Minwoo semakin linglung, ia pergi sejenak ke belakang restaurant untuk menghirup udara segar. Minwoo tak mengetahui kalau area belakang restaurant memiliki jalan setapak yang remang, mengarahkan Minwoo ke club ajaib milik pria bertongkat.
  



Minwoo terus menerus berjalan sampai sebuah penanda club yang menyala-nyala mendapatkan perhatiannya. Ia memasuki club tersebut, untuk sampai ke club utama, Minwoo harus menuruni banyak anak tangga. Sesampainya ia didalam club, dirinya langsung disambut oleh suara menggema pria bertongkat, “Apa yang harus aku sediakan, customer?” Minwoo menjawab, “Berikan aku segelas wiski.” Ia duduk dengan menunduk, tak menyadari kehadiran Mimi di sampingnya.


Saat hendak menyalakan rokok, pria bertato menyerahkan sekotak korek api pada Minwoo. Tanpa curiga, Minwoo menyalakan api dari satu batang korek api. Api membakar sedikit demi sedikit dari batang kayu mungil, seketika Mimi tampak di bayangan bola mata Minwoo. Minwoo sedikit terkejut melihat keberadaan Mimi. Tidak tahu harus berbuat apa, rasa terkejut yang mengalir di hati Mimi membuatnya terjungkal.


Satu uluran tangan mencoba menggapai Mimi, tangan milik Minwoo yang setelah sekian lama Mimi dapat kembali menggenggamnya. “Apa kau benar-benar dapat melihatku?” tanya Mimi dengan ragu, sesaat setelah ia dapat kembali meneggakkan diri. “Ya,” jawab Minwoo sedikit tak peduli. Tapi, cara Mimi menatapnya membuat Minwoo bertanya, “Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Siapa namamu?” tanya Minwoo.


“Namaku..” Mimi hendak menjawab, tapi pria bertato memutus kata-katanya. “Segelas wiski sebagai pelayanan gratis,” ucap pria bertato seraya menaruh segelas wiski di hadapan Minwoo. Ia juga memberikan segelas wiski pada Mimi. Isak Mimi membuat Minwoo kembali bertanya, “Mengapa kau menangis?” Mimi menjawabnya dengan senyuman, “Karena aku sangat bahagia. Aku sangat menyukaimu. Sangat-sangat menyukaimu from a very long time ago.”


Minwoo mengangguk seolah mengerti, “Ah, kau mengenalku. Dari webtoon? Asal kau tau, apa yang aku tulis itu sebenarnya bukan mencerminkan diriku. Aku orang yang berbeda dari apa yang aku tulis. Karena aku hanyalah sampah dan penipu ulung.” jawab Minwoo yang salah berprasangka. Mimi menggelengkan kepalanya, “Kau bukan orang yang seperti itu, kau.. kau adalah penulis yang sangat hangat.”

“Aku pun ingin menjadi seperti itu,” jelas Minwoo setelah menegak wiskinya. “Tapi entah mengapa, sejak aku lahir, aku selalu merasa hidupku penuh dengan disaster.” Mimi menjawabnya, “Sekarang.. lihat aku,” pinta Mimi. Seketika Minwoo memandang Mimi, Mimi menghilang, gadis itu secara ajaib sudah berada di atas panggung.


Mimi hendak bernyanyi untuk Minwoo. Lagu yang sama yang pernah Minwoo nyanyikan saat mereka berada di ruang kesenian beberapa tahun silam. Lagu yang mungkin juga ikut terhapus dari kenangan Minwoo.


Pertunjukkan Mimi berhasil membuat Minwoo tersenyum. Pertunjukkan selesai bersamaan dengan terbukanya mata Minwoo karena terik matahari pagi. “Kau sudah bangun. Aku membawamu ke rumahku, karena kau sangat mabuk kemarin,” ungkap Jang Eun Hye yang segera membawakan secangkir kopi untuk Minwoo.

Minwoo menyadari bahwa ia baru saja tertidur di sebuah sofa, dan ruangan elegant ini tentu saja bukan rumahnya. “Dimana kita bertemu?” tanya Minwoo. Gemuruh bahagia yang ia rasakan kala ia bersama Mimi di club masih terasa, semakin membuat Minwoo penasaran. “Wiski.. seorang perempuan.. sebuah lagu.. Dimana aku sebelumnya? Apa kau menyanyikan lagu kemarin malam?” tanya Minwoo lagi. Tangannya sudah melingkar di cangkir kopi yang mengepul. “Apa maksudmu? Kau bersamamu,” jawab Jang Eun Hye tak mengerti.
Jang Eun Hye hendak memberikan secangkir teh madu untuk Minwoo, tapi Minwoo menolak. Ia segera meraih coatnya, lalu pergi begitu saja, “Maafkan aku. Aku bermimpi sangat aneh,” ungkap Minwoo seraya berjalan cepat ke arah pintu.


“Han Minwoo!!” panggil Jang Eun Hye. Minwoo menghentikan langkah untuk menanggapi panggilan Jang Eun Hye.

“Mulai saat ini. Kita berteman kan?” tanya Jang Eun Hye. Minwoo terdiam, lalu dengan ringan ia menjwab, “Dirimu dan aku tidak akan bisa menjadi teman.”


Tak jauh jaraknya setelah Minwoo berjalan pergi, Minwoo merogoh saku coatnya. Dan ia menemukan sesuatu. Sekotak korek api yang sama, seperti yang ada di mimpinya. Rangkaian mimpi yang tentunya bukan mimpi.
Bersambung Sinopsis Mimi Episode 3.