Sinopsis Wonderful Days Episode 3


Dong Seok mengajak Hae Won, ia akan mengantarkan gadis itu pulang. Tapi Hae Won yang tak punya tujuan malam itu, menolak ajakan itu. Ia tak memberitahu masalahnya, dan hanya menjawab pendek kalau ia sedang ingin jalan kaki.



Dong Seok hanya bisa mengamati Hae Won yang berlalu pergi dengan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.


Dong Hui menemui kedua pamannya yang sedang minum-minum. Rupanya Ssang Shik kembali minum-minum lagi karena tersinggung dengan Dong Seok yang menolak ajakan minumnya. Sia-sia saja Ssang Ho menjelaskan kalau Dong Seok besok harus bekerja dan masih harus membongkar barang bawaannya..

Tapi Ssang Shik tetap bersikukuh kalau Dong Seok telah meremehkan mereka yang udik sementara Dong Seok sudah menjadi orang kota. Dong Hui hanya mendengar omelan pamannya sambil terus minum, tak menjawab saat Ssang Ho menanyainya, khawatir, “Kenapa kau minum terus-terusan seperti pamanmu?”


Tetap diam, Ssang Shik memukul kepala Dong Hui, “Jawab pertanyaan pamanmu. Kau juga meremehkan kami yang udik ini?”


Ssang Ho buru-buru mengelus kepala Dong Hui membelanya, “Jangan kau pukul kepalanya. Nanti dia jadi bodoh.” Aww.. ternyata paman Ssang Ho ini baik juga. Tapi dengar dong lanjutannya, “Ia bahkan tak cukup pintar sehingga tak lulus SMA!”


Haha.. Dong Hui terbelalak, kesal mendengarnya dan akan membela diri. Tapi Ssang Shik sudah membelanya, “Dia bukannya tak lulus karena dia bodoh. Tapi ia dikeluarkan karena berkelahi memperebutkan seorang gadis.”

Hihihi.. Dong Seok benar-benar kesal pada kedua pamannya, Ia tak mau minum dengan kedua pamannya dan memilih pergi.


Seperti kata Ssang Ho, Dong Seok memang pulang ke rumah dan membenahi barang-barangnya yang masih di dalam kardus. Wihh.. benar-benar hari yang panjang bagi Dong Seok. Belum juga ia mengosongkan satu kotak, ada telepon masuk dari seorang gadis yang bernama Jae Gyeong.

Jae Gyeong merasa diacuhkan karena ia sudah menelepon Dong Seok lebih dari 30 kali dan merasa Dong Seok menghindari teleponnya. “Apa kau masih marah karena ibuku?” Dong Seok membantah hal itu, tapi Jae Gyeong meneruskan kalau ia tahu Dong Seok marah karena hal itu. “Ibu itu materialistis, jadi acuhkan saja..”

“Sudah kubilang, aku tidak marah,” sela Dong Seok sedikit keras, membuat Jae Gyeong berhenti bicara. Dong Seok pun menurunkan suaranya, “Nanti kita bicara lagi. Aku benar-benar harus membereskan barang-barangku..”

“Aku mencintaimu,” kata Jae Gyeong, dan ia berkata lagi saat tak mendengar jawaban dari Dong Seok, “Kubilang, aku mencintaimu Kang Dong Seok-ssi..” Dong Seok akhirnya mengiyakan dan menutup telepon.


Tak ada tempat lain untuk Hae Won bermalam, selain kantor Happy Cash. Ia menyalakan pemanas portable yang membuatnya ingin membaca buku anak-anak. Sepertinya buku itu adalah buku favoritnya, Gadis Korek Api. Ditemani boneka (mirip dengan Gadis Korek Api), Hae Won mulai membaca,

Gadis Korek Api mulai menyalakan koreknya lagi. Pohon Natal muncul di dalam pijar api itu. Semakin besar api, semakin indah pohon natal itu daripada semua pohon natal yang pernah dilihatnya.


Dan kita kembali ke tahun 1998, Minggu Malam di stasiun. Hae Won gembira melihat kedatangan Dong Seok dan ia menyerahkan tiket kereta mereka yang akan berangkat 23.30 nanti. Tapi Dong Seok malah membawa koper Hae Won keluar stasiun. Hae Won tak mengerti dan menghentikan Dong Seok.


Tapi Dong Seok malah menjawab, “Hentikanlah, Hae Won-ah.” Dan ia pun beranjak pergi. Tapi Hae Won tak mau pergi. Bagaimana dengan rencana kabur mereka? Maka Dong Seok menatap mata Hae Won dan berkata, “Aku.. tak pernah mencintaimu, Hae Won.”


Mata Hae Won berkedip. Sekali, dua kali, mencoba mencerna ucapan Dong Seok. “Aku tahu, kau tak menyukaiku sebelumnya.  Tapi sekarang..”

“Bahkan sekarang juga, aku tak mencintaimu.”

Terbata-bata Hae Won bertanya, “Kalau begitu.. kalau begitu kenapa kau memintaku untuk kabur denganmu?”


“Kang Dong Seok, kau bajingan! Dong Seok kau jahat! Makilah diriku, ludahilah aku. Setelah itu pulanglah, Hae Won-ah..,” pinta Dong Seok.


Dan Hae Won meneruskan kembali cerita Gadis Korek Api,

Gadis itu menggapai dan mencoba menyentuh Pohon Natal itu. Tapi kemudian, apinya mati dan Pohon Natalnya lenyap.


Hae Won menutup buku dan menatap boneka yang ada di mejanya, boneka yang dengan Gadis Korek Api dan boneka itu sedang menangis.


Dong Hui pulang dan menemui ibu yang sedang khusyuk berdoa. Saat mengetahui ibu tak melihat ubi manis yang ia tinggalkan, ia langsung menuduh kalau pasti wanita tua simpanan ayahnya yang memakannya. Ibu marah mendengar Dong Hui menyebut Yeong Chun dengan wanita tua apalagi simpanan, dan menyuruhnya memanggil ibu juga. Tapi Dong Hui tak mau.


Yeong Chun mendengar percakapan itu. Matanya berkaca-kaca karena kesal pada Dong Hui dan ia bertekad akan membuat Dong Hui terbiasa padanya.


Dong Hui teringat tawaran Dong Seok untuk mencarikan istrinya yang kabur. Jika Dong Hui bersedia, Dong Hui bisa meng-email nomor KTP dan informasi lain agar Dong Seok bisa melacak jejaknya.


Dong Seok benar-benar bisa membuat adiknya kesal. Saat Dong Hui menolak tawarannya karena tujuannya mencari Jeong A adalah untuk membunuhnya dan ia tak ingin Dong Seok menemuinya lebih dulu, Dong Seok malah menjawab, “Karena itu aku harus menemukannya lebih dulu untuk mencegahmu menjadi pembunuh. Setelah aku menjabat sukses menjadi jaksa seperti ini, tentu akan menjadi masalah buatku jika punya adik seorang pembunuh, kan?”

Dong Seok tak lupa memuji kedua anak kembarnya dan menyindirnya, “Mereka benar-benar tak mirip denganmu. Pasti ibunya adalah wanita yang baik.”


Ucapan Dong Seok ini benar-benar menyentil perasaan dan Dong Hui sangat kesal pada kakaknya yang itu. Jadi saat melihat Dong Won SMS-an dengan Isseul, anak yang katanya naksir Dong Won, Dong Hui senang melihat kalau Dong Won ini mirip dengannya waktu kecil dulu dan bukan ibunya. Ia pun berkata, “Kalau kau terus seperti ini dan mengejar gadis-gadis, kau akan tumbuh besar sepertimu. Apa itu yang kau mau?”

Dong Won menggeleng, membuat Dong Hui mendelik marah, “Kenapa tidak? Kenapa kau tak mau sepertiku?”


Haha.. Ia melihat anak kembarnya yang lain. Dan melihat anak yang ini ia pun heran, karena Dong Joo sangat rajin belajar. Tak mirip sepertinya, tapi juga tak mirip seperti Jeong A yang tak suka belajar.


Setelah memindahkan Dong Joo ke tempat tidur, Dong Hui menatap Dong Ok yang tidur dengan senyum, membuat senyum terbit di bibir Dong Hui, “Noona, kau sedang bermimpi indah apa sehingga kau tidur sambil tersenyum.”


Keesokan paginya, Dong Seok masuk kantor untuk pertama kalinya. Di depan lobi, ia melihat ada seorang ibu yang menggendong anak yang tak bisa bahasa Korea. Wanita itu meninggalkan negaranya, Filipina setelah menyerahkan uang 2,5 juta won pada seorang makelar palsu, dan sekarang ia tak punya uang sama sekali bahkan untuk membeli susu untuk anaknya.

Dong Seok menyadari kalau wanita itu adalah tenaga kerja illegal. Ia malah melepas jasnya dan menyampirkan ke punggung wanita itu sehingga bayinya tak kedinginan. Ia meminta wanita itu untuk kembali besok dan berjanji akan membantu wanita itu untuk menangkap si makelar palsu.

Dan seperti itulah Dong Seok menjalani hari pertamanya di kantor barunya.


Dong Hui menemukan Hae Won tertidur di sofa kantor. Ia membangunkan gadis itu dengan menyentil dahi Hae Won keras-keras, dan Hae Won membalasnya dengan mengambil susu yang diminumnya (hutang Dong Hui dipotong 50 sen sebagai biaya susu yang diminum). Sekejap kemudian mereka pun saling berteriak dan saling melempar makian.


Hubungan mereka persis seperti Tom and Jerry. Tapi saya belum bisa memutuskan siapa yang Tom dan siapa yang Jerry.


Untungnya perdebatan mereka tak berlanjut karena muncul Seung Hun yang melerai mereka, yang berkata kalau Tom and Jerry bahkan lebih akur daripada mereka berdua. Seung Hun ‘menyingkirkan’ Dong Hui dengan menyuruhnya untuk isi bensin.


Setelah Dong Hui pergi, Hae Won bertanya mengapa Seung Hun meminjamkan uang pada ibu dan kakaknya? Ia minta agar Seung Hun berjanji tak meminjamkan uang lagi. Tapi Seung Hun tak mau karena perusahaan mereka selalu meminjamkan uang pada mereka yang membutuhkan dan menarik bunganya, apalagi ibu Hae Won adalah pelanggan VIP mereka.

Melihat Hae Won memegang peralatan mandi, Seung Hun menebak kalau Hae Won pasti menginap di kantor lagi. Ia meminta agar Hae Won tak melakukan hal itu lagi, karena Hae Won bisa tidur di tempat tidurnya yang asli Italia. Hae Won menjawab polos, “Aku memang ingin tidur di tempat tidurmu, tapi aku suka tempat tidur asli Korea.”

Ha. Seung Hun pun berteriak pada Hae Won yang meninggalkannya, “Apa perlu aku membeli tempat tidur buatan Korea?”


Dong Seok masuk ke gedung, mengabaikan pandangan penasaran dari para karyawan kejaksaan. Ia juga mencoba bersikap normal saat masuk ke ruangannya dengan disambut dengan teriakan kaget dan alat make up jatuh dari pangkuan adminnya, Yu Sen Yeong yang tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada Dong Seok yang tampan. “Admin lain pasti akan iri padaku.”


Dong Seok mulai tancap gas di hari pertamanya. Pada manajernya, Park Gyeong Su, ia langsung meminta file kasus  yang ditangani jaksa sebelumnya, Jaksa Han, yaitu kasus Hotel Royal. Sepertinya ini adalah kasus yang dipasrahkan oleh atasan Dong Seok di Seoul.

Gyeong Su bertanya apakah Dong Seok yakin akan mengerjakan kasus ini di hari pertamanya? Kasus inilah yang membuat Jaksa Han diserang. Gyeong Su mengingatkan Dong Seok agar tak menganggap enteng kasus ini, “Jika Anda hanya ingin menyerah pada akhirnya, lebih baik tak usah memulai kasus ini lagi.”


“Aku harus memulai kasus ini untuk melihat apakah aku perlu atau tidak menyerah, kan?” jawab Dong Seok diplomatis. Gyeong Su menambahkan kalau pertempuran yang akan mereka lakukan bukanlah pertempuran yang gampang. Maka Dong Seok pun menjawab, “Kalau ini hal yang gampang, Jaksa Han pasti tak akan memintaku untuk datang kemari, kan?”


Walau Dong Seok sudah datang kemarin, tapi anggota keluarga Kang masih menanti-nanti Dong Seok. Salah satunya adalah Dong Ok yang menunggu di depan gang, walau ia tak mau mengakui hal itu pada ibu. Katanya, ia berdiri di sana karena sedang bosan di rumah.


Yang lain adalah Kakek. Dong Tak menemui Dong Seok yang sedang makan siang dengan anak buahnya (bukan dia yang mengajak, tapi bawahannya yang mengajak). Katanya kakek mogok makan sejak tahu Dong Seok tak akan tinggal di rumah Kang. “Karena itulah aku kemari. Aku tahu kau tak peduli pada kami, tapi kau tak boleh memperlakukan Kakek dan Dong Ok seperti itu.”


Dong Tak berdiri dan berkata kalau ia yang akan membayar makan siang Dong Seok. Saat membayar, Dong Tak menyapa Hae Won yang datang untuk menagih hutang pemilik restoran. Ia memperkenalkan Hae Won pada Dong Seok, “Ini Hae Won, kau kenal, kan? Dulu ibu kita menjadi pembantu di rumahnya.”


Hae Won merasa tak nyaman dengan ucapan Dong Tak dan Dong Seok menyadari hal itu. Sambil terus memandangi Hae Won, Dong Seok berkata kalau mereka sudah bertemu kemarin.


Dong Tak ingin mengenalkan salah satu temannya untuk dijodohkan pada Hae Won. Tapi Hae Won menjawab kalau ia sudah mempunyai seseorang di hatinya. Dong Tak langsung menebak kalau orang itu adalah Seung Hun, “Kudengar kau sudah lama mengejarnya.”

Hae Won membantah, Seung Hun juga tertarik padanya, hanya saja Seung Hun hanya pura-pura jual mahal. Dong Seuk mengerutkan kening mendengar ucapan Hae Won.


Sebelum keluar restoran, Dong Seok mendengar Hae Won menagih hutang pemilik restoran itu. Di luar, ia melihat selebaran yang ada di sepeda motor Hae Won. Saat Hae Won keluar, ia bertanya, “Aku tak ingin menggunakan standarku untuk menilai seseorang. Tapi apakah hanya ini pekerjaan yang mampu kau dapatkan? Apa hanya ini pekerjaan yang bisa didapat oleh Cha Hae Won?”

Hae Won menjawab pendek kalau hal itu memang benar. Dong Seok langsung pergi meninggalkan Hae Won dengan kecewa.


Dong Ok menemui Hae Won di kantor untuk memberikan baju baru untuk boneka Hae Won (namanya Gretchen). Hae Won memuji cantiknya baju boneka yang dibuat Dong Ok, padahal Dong Ok tentu sangat sibuk dengan kedatangan Dong Seok. Hae Won mengaku kalau ia belum menemui Dong Seok karena ia malu.

Maka Hae Won pun menggambarkan Dong Seok yang tinggi dan tampan, membuat Dong Ok tersenyum bahagia. Dong Ok memuji Hae Won yang juga tercantik di yang ia kenal.. Tapi Hae Won berkata kalau Dong Ok-lah adalah gadis tercantik yang ia kenal.

Hae Won meminta agar Dong Ok mencoba membuat gaun untuknya. Ia bahkan mengusulkan agar Dong Ok membuat baju biasa dan bukan baju boneka. Ia akan memperkenalkan seorang penjahit dan karena ia yakin pada kemampuan Dong Ok, Dong Ok pasti akan cepat belajar.


Sambil memandangi Gretchen, Hae Won berkata, “Jika aku memakai gaun yang kau buat, mungkin aku dapat menjadi seorang putri juga.”


Setelah kejadian kemarin, tukang potong rambut itu langsung menutup toko dan pindah ke luar kota. Gook Soo berkata kalau bos merea pasti akan marah besar. Ia menyalahkan Hae Won yang terburu-buru tapi juga menyalahkan Dong Hui yang tak mau menyerah mencari mantan istrinya, yang menurutnya sangat jelek.


Dong Hui marah istrinya diejek, “Siapa bilang dia jelek? Dia itu cantik, 1000 kali lebih cantik dibandingkan Kim Tae Hee.” Tapi seakan sadar kalau itu tak mungkin, Dong Hui langsung meralat, “Setidaknya ia 100 kali lebih cantik. Oke?!”


Gook Soo diam mendengar omelan Dong Hui. Begitu pria itu pergi, ganti Gook Soo yang mengomel, “Kalau dia 1000 kali lebih cantik dari Kim Tae Hee, aku 10.000 kali lebih tampan dari Jang Dong Gun.”


Di sekolah, Dong Won lebih banyak bicara dengan teman perempuannya dan bukannya belajar. Jadi saat Guru Dong Won menyuruhnya untuk mengerjakan soal dengan imbalan pin 3 PM (Boyband 2 PM minus Taecyeon, Bu Guru ngefans berat dengan 3 PM), tentu saja Dong Won tak bisa.

Bukannya mengaku tak bisa, Dong Won malah berkata kalau ia tak bisa menuliskan jawaban karena kapurnya patah.


Guru Dong Won sepertinya sudah terbiasa dengan kelakuan Dong Won. “Kok aneh, ya? Bagaimana mungkin kapurnya bisa patah setelah kau maju?” Dong Won memasang wajah polos dan mengaku tak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Guru Dong Won pun membuka telapak tangan Dong Won yang putih karena kapur. “Aku tahu apa yang kau lakukan semenit yang lalu.”


Semua anak tertawa, hanya Dong Joo yang menggeleng-gelengkan kepalanya, kecewa. Ketua kelas dipanggil, dan ohh.. ternyata Dong Joo yang berdiri. Dong Joo hanya bisa menghela nafas, mengiyakan saat Bu Guru memintanya memastikan kalau orang tua mereka mengetahui hal ini dan menandatangani buku komunikasi Dong Won.

Hihihi.. begini kali ya Dong Hui waktu kecil.


Yang dihukum Dong Won, malah Dong Joo yang murung. Mul yang kebetulan lewat, bertanya mengapa bibinya muram. Dong Joo pun menjelaskan kejadian sebelumnya. Mul pun menyarankan agar mereka minta tolong ayahnya untuk memalsukan tanda tangan Nenek.


Dong Joo khawatir Dong Tak akan memarahi Dong Won. Mul menenangkan, prestasi ayahnya di sekolah itu jauh lebih buruk daripada Dong Won.Tapi ia menambahkan kalau sepertinya Dong Won akan tumbuh seperti ayahnya atau paman Dong Hui. Ucapan Mul itu langsung membuat mood Dong Joo jelek lagi, “Aku tak mau ia menjadi seperti Dong Tak Oppa atau Dong Hui Oppa. Ia harus menjadi seperti Dong Seok oppa!“


Mul pun membela kalau ayahnya tak seburuk itu.


Ayah yang dibela Mul sedang sedang facial di salon. Tak disangka muncul Hae Ju yang juga akan facial, mengaku baru saja pulang dari Phuket. Dong Tak langsung tahu kalau Hae Ju hanya membual. Mereka pun berdebat tak ada habisnya, apalagi Dong Tak menyebut-nyebut calon suami Hae Ju yang katanya dokter kulit dan mencampakkan Hae Ju.


Hae Ju pun membalas dengan menyebut-nyebut mantan istri Dong Tak yang sekarang jauh lebih populer dan bermain di banyak drama setelah bercerai dengan Dong Tak. Dong Tak kesal mendengarnya. Ia mengambil segenggam lumpur facial dan membuangnya di wajah Hae Ju.


Hae Ju menjerit marah. Hihihi.. kedua orang ini... bisa-bisa dari benci jadi cinta, nih..


Di rumah, Dong Hui memarahi kakeknya yang terus saja mogok makan, membuat ibunya khawatir dan tak mau makan juga. Ibunya ini adalah menantu kakek yang selalu merawat kakek walau suaminya tak pernah pulang ke rumah.


Ibu mencoba menenangkan Dong Hui dan menyuruhnya diam. Tapi Dong Hui tak mau. “Ibu membersihikan popok kakek selama 10 tahun. Ibu tak pernah melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Bagaimana dengan kehidupan ibu? Apakah ibuku adalah budak keluarga ini? Apa Kakek tak kasihan pada ibuku?!”

Di balik selimut, Kakek berkata, “Karena itu aku lebih baik mati saja. Jadi ibumu tak perlu khawatir padaku lagi.”

Ibu sudah tak tahan, dan mengancam akan memanggil polisi kalau Dong Hui masih ada di kamar ini.


Di luar, Yeong Chun mendengar pertengkaran itu penuh kecemasan. Pada saat itu, Dong Seok muncul. Rupanya setelah tak dapat melupakan ucapan Dong Tak tadi siang, Dong Seok akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.

Dong Seok sempat mendengar teriakan Dong Hui, “Ini adalah kesalahan Dong Seok dan Kakek yang membuat Dong Ok seperti sekarang ini.” Yeong Chun dan Dong Seok terdiam mendengar seruan Dong Hui.”


Ibu terperangah mendengar ucapan Dong Hui. Tapi Dong Hui berkata kalau ia tahu kalau Dong Ok tidak normal dan  penyebabnya adalah Dong Seok dan kakek. Ibu berkata kalau Dong Hui sudah gila dan ia akan menelepon polisi sekarang juga.


Ibu mengangkat telepon dan melapor pada polisi. Dong Hui kesal, dan akhirnya meninggalkan ruangan. Ibu berhenti bicara, dan meletakkan telepon. Ia minta maaf pada kakek karena ialah yang bersalah.


Dong Hui keluar dan melihat Dong Seok. Ia tak menyapa, langsung keluar rumah.


Ibu masih membujuk kakek, namun terdiam saat merasa kehadiran seseorang. Ia terdiam melihat Dong Seok di pintu dan langsung keluar ruangan.


Dong Seok menyapa kakek, tapi kakek tak menjawab. Maka Dong Seok pun membuka selimut yang menutupi tubuh kakek dan terkejut. Air mata membasahi wajah kakek yang terus memejamkan mata. Kakek menangis tersedu-sedu tanpa suara.


Ssang Shik dan Ssang Ho cemas, hanya bisa mondar-mandir di dalam restoran. Sementara Dong Tak menguping apa yang dikatakan kakek pada Dong Seok.

Kakek meminta Dong Seok untuk kembali tinggal di rumah. “Aku tak punya banyak waktu lagi. Mungkin hanya tinggal satu atau dua bulan saja. Aku dapat merasakan. Jadi sebelum aku mati, tinggallah di sisiku. Kumohon kau ada di sisiku saat aku mati nanti, Dong Seok-ah.”


Dan Dong Tak masuk restoran dengan girang. Ia membawa kabar baik, Dong Seok mau pindah ke rumah. Semua senang. 


Yeong Chun memberitahukan kabar baik ini pada Ibu yang sibuk memasak. Ibu tak menunjukkan ekspresi, hanya meminta Yeong Chun untuk memberikan bubur yang sedang ia masak untuk kakek.


Dong Tak bersiap-siap untuk bekerja dan berkata kalau ia tak bisa membantu Dong Seok untuk pindah rumah. Dong Seok berkata kalau ia akan menyewa jasa pemindahan di akhir minggu dan akan membawa barang seperlunya saja sekarang. Dong Tak senang mendengarnya, “Seharsnya seperti ini. Keluarga memang harus tinggal bersama.”


Mendadak Dong Tak mendapat telepon dari Dong Hui yang memberitahu kalau Dong Ok kecelakaan. Dong Seok terkejut mendengarnya. Ia semakin shock mendengar kalau Dong Ok kecelakaan saat bersama dengan Hae Won.


Komentar:


Saya belum tahu siapa nama Guru Dong Joo dan Dong Won. Kayanya Bu Guru ini ngefans banget sama boyband 3PM, ya?

Lucu aja kali ya kalau Bu Guru yang ngefans banget sama 3 PM, akhirnya jadian dengan Dong Hui yang diperankan oleh Taecyeon, yang aslinya adalah salah satu anggota 2 PM.

Jadi inget salah satu teman yang ngefans banget sama SHINee. Ehem..


Sama seperti Dong Seok, saya sebenarnya juga bertanya-tanya tentang pilihan pekerjaan Hae Won. Sebagai lulusan SMA, sebenarnya masih banyak perusahaan yang menerima pegawai seperti Hae Won. Kenapa juga Hae Won mau bekerja di perusahaan perkreditan? Menjadi tukang tagih pula.