Sinopsis Mimi episode 2 part 1




“Hapuslah aku dari ingatan Min Woo,” lirih Mimi. Seperti dua sisi koin, bila kenangan yang menyakitkan tentang Mimi dihapus dari ingatan Minwoo, maka kenangan bahagia akan juga terhapus. Mimi sama sekali tidak menyadari akan hal itu, yang ia tahu hanya dirinya yang tak menginginkan Minwoo menderita bila harus hidup dengan terbebani kenangan buruk yang berkaitan dengannya. Baru sampai saat ini, Mimi menyadari bahwa Minwoo akan semakin tersiksa bila harus hidup tanpa sebuah kenangan.


Kebahagiaan Mimi adalah Minwoo, dan tahukah Mimi, dirinya adalah segalanya bagi Minwoo. Tanpa Mimi dan tanpa sisa-sisa kenangan yang tertinggal, separuh hidup Minwoo seperti lenyap entah kemana. Mimi berjanji pada dirinya sendiri, “Aku akan membantu mengembalikan ingatan Minwoo.” Bila itu terjadi, Mimi akan hidup selamanya di dalam ingatan Minwoo tapi ia harus menghilang dari sisi Minwoo. Apa Mimi mampu melakukan hal itu?


Pria bertato dan bertongkat memberikannya tiga kesempatan lewat tiga batang korek api. Korek api yang jika dinyalakan maka Minwoo dapat melihat keberadaan Mimi. Bila nantinya Mimi tidak bisa membantu Minwoo untuk mengembalikan kembali ingatannya, maka Mimi akan pergi selamanya, hingga yang tersisa hanya kebingungan bagi Minwoo. Apa yang akan Mimi lakukan dengan tiga batang korek api tersebut?



Minwoo selalu tertidur di meja kerjanya, terbangun hanya karena deringan telepon. “Iya?” Minwoo mengangkat teleponnya, dari salah satu staff webtoon yang menyuruhnya untuk segera datang ke acara ‘Meet and Great Writer Webtoon’.


Minwoo berpakaian formal untuk acara ini. Dengan mobil putihnya ia melaju menuju tempat acara.



Saat Minwoo hendak memakai dasi, Mimi menyarankan, “Jika kau memakai dasimu, kau mungkin akan kesulitan untuk bernafas.” Seolah-olah mendengar suara Mimi, Minwoo mengurungkan diri untuk memakainya. Keberadaannya seperti dihargai, lengkungan senyum tergambar di wajah Mimi.


Hanya melihat dari raut wajah Minwoo, Mimi mengetahui kalau Minwoo tidak terlalu menyukai keramaian. “Apa kau benar-benar tidak ingin pergi ke tempat itu? Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke laut saja?” ajak Mimi. Minwoo harus pergi ke acara tersebut, ini kesempatan terbaik untuk mengepakkan karirnya.


Minwoo memutar arah setelah mendapatkan panggilan telepon dari staff webtoon. Saat berputar, ia tak menyadari bahwa ada sebuah mobil dari arah yang melaju dari arah yang sama. Hampir saja mobil Minwoo tertabrak oleh mobil yang berada di belakangnya. Hampir…



Mimi cemas, dan seketika pria bertatto muncul. Pria bertato duduk di samping Minwoo, ia mencoba menenangkan Mimi dengan tanpa ekspresi, “Tenang saja.. Pemilik mobil ini akan hidup sampai 100 tahun.” Mimi menjawabnya dengan kekhawatiran, “Aku merasa, aku tidak ingin Minwoo pergi ke tempat itu. “ Minwoo kembali menjalankan mobilnya, tidak menyadari sama sekali kehadiran dari dua orang hantu yang baru saja saling bercakap-cakap.


Sesampainya di tempat parkir gedung, hujan deras datang. Minwoo keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Sketsa karakter webtoon miliknya terbawa angin, hingga berserakan.



Seorang perempuan yang tadinya berjalan di belakang Minwoo, menghentikan langkah untuk membagi teduhan payungnya untuk Minwoo. “Kita bisa menggunakan payung ini bersama,” ungkap sang wanita.



Minwoo terdiam, karena waktu yang memburu, Minwoo pun mengiyakan. Mereka berlindung di bawah payung yang sama.


Kedatangan Presiden direktur Webtoon disambut hangat oleh beberapa orang pemegang saham perusahaan. Perempuan yang baru saja berbagi payung dengan Minwoo memanggil presiden direktur dengan sebutan Ayah.



Perempuan muda ini adalah pemimpin tertinggi dari perusahaan webtoon terpopuler di Korea. Ia tidak hanya cantik, pintar, juga sangat ramah terhadap semua orang. Staff webtoon sangat menghormatinya. Wanita muda yang selanjutnya akan kita sebut sebagai ‘Jang Eun Hye’ ini merupakan seorang wanita yang sangat disegani dengan prestasi yang membanggakan sang Ayah.



Staff webtoon menyambut kedatangan Minwoo. Ia menawarkan segelas minuman dengan beberapa ucapan manis agar Minwoo dapat segera menyerahkan kelanjutan dari project webtoonnya. Minwoo tak tahu harus berkata apa, ia sama sekali tak memiliki ide, entah bagaimana kelanjutan dari kisah webtoon yang ia buat, “Bagaimana kalau kita mengganti genre ceritanya? Menggantinya dengan sebuah cerita misteri? Kita dapat menyelesaikannya dalam 3 buku sekaligus.” Minwoo berusaha untuk mendapatkan hati staff webtoon.


“Apa mereka akan berciuman?” staff webtoon menanggapinya dengan desakan agar Minwoo tetap meneruskan project awal dari webtoon tersebut, “Kau tau, semua komentar di webtoon edisimu itu menginginkan agar dua karakter tersebut melakukan first kiss pertama mereka.” Minwoo hanya mendesah lemah. Ia benar-benar terjebak, tak ada ide cerita yang menghampiri otaknya. Writing-blocked.



Pria bertato yang selalu mengawasi gerak-gerik Mimi, mencicipi minuman anggur yang disedikan di acara tersebut. Ia sengaja menjatuhkan satu gelas anggur yang rasanya sangat buruk. Petugas kebersihan segera membersihkan pecahan beling gelas tanpa mencurigai apapun. Mimi terheran-heran, ia juga ingin seperti pria ini. Memiliki kekuatan untuk menyentuh benda di dunia nyata. “Apa aku juga dapat melakukan hal itu?” tanya Mimi. “Apa?” jawab pria bertato. “Memegang benda dari dunia nyata.” Jawab Mimi.


Setelah meneguk minumannya, pria bertato menjawab, “Kau ingin tau?” tanyanya tanpa ekspresi, “Kau dapat memegang benda dari dunia nyata bila kau memegangnya dengan sungguh-sungguh. Mengumpulkan semua ketulusan dan perasaan murni yang kau miliki, mungkin kau akan berhasil,” ungkap pria-hot-bertato dengan nada meremehkan.


Mimi mencobanya, melakukan apa yang pria bertato katakan. Tapi tidak berhasil. Tangannya yang mencoba meraih segelas minuman selalu berakhir dengan kibasan udara, yang ia dapat hanyalah genggaman udara. Terus dan terus, Mimi mencoba, tak sekalipun berhasil.



Minwoo menandatangi beberapa komik dari para penggemar yang berbaris di hadapannya. Seorang pria bermata sangat sipit mendekat, ia menyapa Minwoo dengan keras, “Hey.. Han Minwoo!! Ini aku.. Kang Song Moo. Dari Sekolah Tinggi Ho soo tingkat 2, kelas E!” pekik pria ini dengan riang. “Minwoo, kau selalu berada di ruang kesenian seharian penuh. Setiap hari. Kau benar-benar sukses sekarang!” Minwoo tak mengingat apapun, ia tak mengenal orang dihadapannya ini.

Sampai beberapa petugas keamanan harus mengamankan Kang Song Moo, menjauhkannya dari Minwoo.



Untuk memancing ide, Minwoo terus menerus menuliskan, “December 8, December 8, December 8.. December 8, December 8, December 8..” sampai bunyi bell memaksanya untuk membukakan pintu, sang Ibu datang.



Dengan omelan khas seorang ibu, Ibu mengomentari betapa gelapnya kamar Minwoo, “Aigoo, kenapa sangat gelap. Aku yakin akan ada hantu yang muncul. Buka jendelanya, biarkan udara segar masuk,” ungkap Ibu seraya membiarkan terik matahari menyilaukan Minwoo. Ibu menatap Minwoo dengan kesedihan, ia merindukan tawa Minwoo.



Setelah Ibu memberikan makanan buatannya untuk Minwoo, ia kembali pulang ke rumahnya sendiri. Kamar Minwoo kembali sepi, hingga membuatnya teringat dengan pria yang memiliki luka bakar di bagian mata. Seorang pria yang secara kebetulan menetap tepat di depan apartemen Minwoo. Nama pria tersebut adalah Im Chung Hee, Minwoo mengetahui nama pria ini dari surat tagihan yang berada di pos keamanan.


Jang Eun Hye mencetuskan ide untuk membuat satu galeri pameran khusus untuk tiga orang penulis webtoon terkenal. Tidak hanya itu, nama Minwoo juga berada di dalam list, seorang penulis baru webtoon yang memilki kualitas menjanjikan. “Bagaimana kalau kita mengikutsertakan Han Minwoo dalam galeri pameran ini? Ia sebagai salah satu penulis muda webtoon berbakat. Ia belum memiliki tempat dibanyak hati para pembaca, tapi ia sangat menjanjikan. Siapa orang yang tidak menahan tangis saat membaca webtoon buatan Minwoo? Kisah yang ia tulis sangat menyayat,” ungkap Jang Eun Hye. Semua staff menyetujui keputusan Jang Eun Hye, tak ada yang meragukan keputusan wanita ini. “Serahkan saja semuanya kepadaku. Trust me.”


Minwoo terdesak, ia harus menyelesaikan project webtoonnya dalam waktu dekat. Tapi tidak ada satupun ide yang bisa ia kembangkan. Karena merasa tertekan, Minwoo menghabiskan beberapa butir obat sekaligus. Seketika Minwoo terjatuh dari kursi dan tak sadarkan diri.


Mimi khawatir. Ia memanggil-manggil nama Minwoo, menyuruhnya untuk segera terbangun. Minwoo masih belum sadarkan diri. Suara deringan ponsel belum dapat membuat Minwoo kembali sadar. Mimi yang cemas teringat kata-kata pria bertato. ‘Sentuh benda nyata dengan desakan perasaan murni.’


Dengan segala rasa yang ia rasakan, Mimi mencoba untuk mengangkat deringan ponsel dengan men-slide layarnya. Dan berhasil!



Suara Jang Eun Hye terdengar menggema di kamar Minwoo. Sedangkan Jang Eun Hye, tak mendapat jawaban apa-apa dari Minwoo, “Penulis Han.. Penulis Han?” Jang Eun Hye segera memutuskan untuk mengunjungi Minwoo.


Di luar kamar, Mimi menunggu kedatangan Jang Eun Hye. “Tidak bisakah kau berjalan lebih cepat,” pinta Mimi dengan sangat cemas. “Di sana. Di sana kamarnya,” pekik Mimi pada Jang Eun Hye.




Dengan ragu Jang Eun Hye menekan bell, tapi tak mendapat jawaban. Ia mencobanya lagi, dengan menekan sandi masuk ruangan, “0812.” Pintu terbuka. Mimi menunggu di luar ruangan dengan nafas yang menggantung karena cemas. Jang Eun Hye terkejut saat melihat Minwoo terbaring tak sadarkan diri di lantai.


Minwoo segera dirawat di sebuah rumah sakit. Mimi berada dekat disamping Minwoo, menjaga pria yang sangat disayanginya. Mimi berkata pelan, ia mencoba menyentuh wajah Minwoo yang tengah terlelap tidur, “Apa sebenarnya arti sebuah kenangan untuk Minwoo?” Pertanyaan Mimi dijawab oleh pria bertato yang berada tak jauh dari Mimi, “Ada beberapa hal di dunia ini yang didapatkan secara Cuma-cuma. Namun sebenarnya, sesuatu yang didapatkan secara cuma-cuma tersebutlah yang sesungguhnya memerlukan pengorbanan yang sangat mahal.”


Mimi masih tetap menatap Minwoo, “Aku tidak tau bahwa Minwoo akan menderita seperti ini.” Dengan bijak, pria bertato yang tak berekspresi membagi kata bijaknya, “Bagi manusia, kenangan adalah satu penghubung yang sangat penting. Tidak memiliki kenangan apapun adalah hal yang sangat menyakitkan, lebih dari yang kita bayangkan.”


Mimi menjawabnya, “Kalau seperti itu, maka aku akan membantu Minwoo agar kenangannya kembali.” Pria bertato kembali mengingatkan, “Bila Minwoo kembali mendapatkan kenangannya, maka, Mimi, kau akan selamanya hidup menjadi bagian dari kenangan Minwoo. Tapi, jika itu terjadi, maka kau harus pergi dari sisinya, selamanya…” Air mata memenuhi pelupuk mata Mimi, “Aku tidak akan pernah bisa berpisah dengannya.”



Minwoo tidak menyukai rumah sakit, ia bosan. Tanpa sepengetahuan siapapun, Minwoo menyelinap keluar dari rumah sakit. Ia pergi dengan membawa mobilnya. Tapi, Jang Eun Hye mengetahui hal tersebut. Ia mencegat mobil Minwoo.


Tanpa Permisi, Jang Eun Hye masuk ke dalam mobil, memakai sabuk pengaman dan menyandarkan dirinya dengan nyaman, “Bukankah kita akan pergi?” tanya Jang Eun Hye saat Minwoo menatapnya bingung. “Pergilah. Pergi kemanapun kau mau,” ucap Jang Eun Hye dengan sindiran.


Hamparan laut biru yang menyejukkan membuat Minwoo merasa lebih baik. Jang Eun Hye berdiri di samping Minwoo, setelah beberapa lama memperhatikan punggung Minwoo dari kejauhan,



“Saat aku berada di Inggris. Aku mulai membaca webtoon, bacaan pertamaku adalah tulisanmu,” ungkap Jang Eun Hye. “Kau menggambarkan lautan yang penuh dengan keputus-asaan. Aku berpikir, apakah orang yang menulis webtoon ini benar-benar mengetahui apa yang aku rasakan,” Jang Eun Hye merasakan hal yang sama saat membaca tulisan webtoon buatan Minwoo. Perasaan tersisih dan terluka. Semua karakter dan penggambaran Minwoo dalam webtoon, berhasil menggambarkan isi hati dari Jang Eun Hye.


“Sebagai pembaca, aku ingin mengetahui bagaimana kisah akhir dari tulisan webtoonmu. Kau dapat melakukan hal itu kan?” pinta Jang Eun Hye. Minwoo tak menjawab, ia hanya menjadi pendengar yang baik. “Sebenarnya, siapa kau ini?” tanya Jang Eun Hye. “Aku? Seseorang yang sakit, tak memiliki apapun dan kesepian. Hanya itu yang aku tau tentang diriku sendiri,” suara Minwoo terbawa desiran angin laut.

Mimi menahan tangis, Minwoo yang ia kenal bukan orang seperti itu, “Itu tidak benar. Kau bukan orang seperti itu. Kau.. Kau adalah orang yang sangat bersinar.”



Di bawah terik matahari, Minwoo membuat sketsa untuk kelanjutan webtoon. Ia membuatnya dengan asal, membuat larik-larik tanpa membubuhi emosi.



Ketika Jang Eun Hye, Minwoo membiarkan wanita itu melihat hasil dari sketsa webtoon buatannya, “Bagaimana menurutmu?” tanya Minwoo. Jang Eun Hye membolak-balik sketsa Minwoo dengan cepat, “Kenapa kau masih menggunakan jam lusuhmu itu? Apa jam itu adalah peninggalan Ayahmu yang sudah meninggal?” tanya Jang Eun Hye. “Bagaimana kau mengetahuinya?” tanya Minwoo. Ia pikir tak ada seorang pun yang tahu tentang sejarah dari asal muasal jam lusuh yang selalu dipakai Minwoo tersebut.


“Apa kau lupa, aku adalah Team Leader dari sebuah perusahaan webtoon terbesar.” Jang Eun Hye menatap Minwoo kesal. “Jangan pernah meremehkan pembaca. Hanya sekilas, aku bisa tahu, apakah penulis itu membuat karyanya dengan mata tertutup atau dengan kesungguhan. Sketsamu ini,” tunjuk Jang Eun Hye pada sketsa Minwoo, “Tidak ada sedikitpun emosi dan perasaan yang kuat. Sama sekali tidak bisa menghipnotis pembaca.” Jelas Jang Eun Hye. Ia menyindir Minwoo dengan nada datar.



Minwoo tertawa kecil, “Kau mengerti perasaan itu juga.” Jang Eun Hye yang hendak pergi meninggalkan Minwoo segera menghentikan langkah dan menatap Minwoo. “Perasaan terpisah… dari orang yang kau cintai,” sambung Minwoo. Jang Eun Hye tak menjawab, ia melangkahkan kaki dengan cepat.



Kala petang, saat Minwoo tak bisa melelapkan diri, entah apa yang tengah merasukinya, Minwoo berjalan lunglai keluar dari kamar rawat inapnya. Menuju ke rooftop rumah sakit. Mimi yang tengah menunggui Minwoo di luar ruangan—ia menghabiskan waktunya dengan bermain-main rangkaian huruf menggunakan debu di lantai—.



Saat Minwoo berjalan di hadapannya, Mimi menangkap perasaan aneh. Ia tahu, akan menuju ke mana Minwoo.



Sebisa mungkin, Mimi berlari mengejar Minwoo yang menaiki anak tangga satu persatu. Minwoo berjalan mendekati pinggiran gedung. Jarak dirinya dengan udara bebas sangat amat dekat. Hanya menyisakan sedikit gerakan saja, maka Minwoo akan terjatuh dan mati.


“Minwoo! No! Kemari. Cepat, aku mohon.” Semua teriakan Mimi tak berguna, Minwoo sama sekali tidak bisa mendengarnya.

Bersambung Sinopsis Mimi episode 2 part 2.