Sinopsis Mimi Episode 4 part 1



Sinopsis Mimi Episode 4 part 1

Di bawah sebuah gerhana yang muncul secara sempurna, kehidupan dan kematian yang tertukar akan terulang kembali. Masa lalu akan tampak sangat nyata, dimensi akan terhenti dan di saat itulah Minwoo dapat bertemu Mimi.

Saat bertemu dengan Mimi, Minwoo hanya memiliki satu permintaan, untuk bisa menggantikan tempat Mimi. Menukar kehidupannya untuk Mimi, membiarkan Mimi hidup kembali. Permintaan yang sama yang pernah Mimi ucapkan pada Pria Bertato beberapa tahun silam di waktu yang sama di bawah sebuah gerhana, untuk memanjangkan takdir kehidupan Minwoo.

Tapi Mimi sudah berjanji. Janji yang sudah terikat dan terpaut, tidak lagi bisa diingkari. Bila Mimi kembali hidup di dalam ingatan Minwoo, maka Mimi harus pergi dari sisi Minwoo, selama-lamanya. Hingga yang tersisa hanya kenangan untuk Minwoo. Selamanya, Minwoo adalah cinta pertama dan terakhir bagi Mimi.



Kyung Jin menekan kata-katanya, “Mimi sudah mati!!” Satu kalimat yang membuat potongan-potongan masa lalu Minwoo tentang Mimi kembali.


Desember 2003.
Mimi menguatkan genggaman tangannya ketika ia mengatakan firasat buruknya pada Minwoo, “Minwoo, dengarkan aku baik-baik. Aku mohon dengarkan aku. Kita akan bertemu tapi tidak di depan menara jam di pusat kota. Kita bertemu di depan gerbang sekolah, aku mohon. Kau mungkin tidak akan mempercayai apa yang akan aku katakan, tapi… akan terjadi sebuah kecelakaan dan dirimu akan terlibat kecelakaan itu,” rajuk Mimi dengan gemetar. Pesan suara itu berhasil terekam, tapi Minwoo tidak pernah membuka rekaman suara dari Mimi tersebut.


Di depan rumah, Kyung Jin tengah menunggu Mimi. Di tangannya seikat bunga mawar cantik sudah dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Dengan seikat bunga mawar itu, Kyung Jin siap untuk memberikannya dengan beberapa gerakan romantis. Tapi senyum Kyung Jin lenyap seketika saat Mimi berlarian tanpa mempedulikan dirinya. 


Mimi mengendarai sepedanya dengan cepat tanpa mengetahui bahwa Kyung Jin juga tengah berlari mengejar Mimi.


Derasnya hujan tak menghentikan Mimi, ia membanting begitu saja sepedanya seketika sampai di jalan utama kota. Ia berlari di tengah kerumunan orang-orang berpayung, mencari-cari Minwoo.


Rasa cemasnya tidak hilang begitu saja saat melihat Minwoo berada di seberang jalan. Mimi melambaikan tangan dengan wajah pucat, dengan sekuat tenaga Mimi menyuruh Minwoo agar tidak menyebrang jalan.


Di seberang jalan, senyum Minwoo melengkung tanpa kekhawatiran. Ia merindukan Mimi hingga mempercepat langkahnya untuk menyebrangi jalan. Beberapa mobil terhenti karena lampu lalu lintas yang menyala merah, tapi sebuah mobil ambulance dengan sirine nyaringnya dari arah yang berlawanan menerobos lampu merah dan mengarah ke arah Minwoo.



“Tidak!!” jerit Mimi, matanya tertutup.
Saat matanya kembali terbuka, Minwoo masih berdiri di sana dengan senyuman khasnya. Ia baik-baik saja. Mimpi Mimi tidak terjadi, ini sangat aneh. Dengan tergesa-gesa, Mimi menghampiri Minwoo. “Mulai saat ini, akulah yang menjadi penyelamat nyawamu. Ingat,” ungkap Mimi dengan cemas, ia meremas hangat tangan Minwoo.



Semua kenangan itu menghantam kepala Minwoo, ia mengatakan pada Kyung Jin yang ada di hadapannya, “Mimi belum mati. Mimi.. Ia belum mati,” kilah Minwoo. Kyung Jin tidak ingin lagi mengingat peristiwa menyedihkan tentang Mimi, “Istriku akan kembali ke Seoul. Saat kita bertemu nanti, aku mengharapkanmu agar tidak lagi menyebutkan nama Mimi,” pinta Kyung Jin yang sudah bersiap-siap pergi dengan kopernya.

Minwoo hanya mendapatkan separuh kenangan tentang Mimi, “Mimi masih hidup,” ungkap Minwoo untuk yang kesekian kalinya. Kyung Jin yang mengetahui segalanya, tidak bisa mengatakan apapun. Ia hanya menepuk-nepuk pundak Minwoo pelan. Kyung Jin mencoba meyakinkan Minwoo kalau Mimi sudah tiada dan perkataan dirinya tentang Mimi adalah benar adanya. Minwoo hanya harus membuat kenangannya kembali utuh.


Kereta yang ditumpangi Minwoo melaju cepat, pemandangan terik senja sore berganti gelap saat kereta melewati sebuah lorong panjang. Mimi ada di hadapan Minwoo, “Ambilah korek apinya.” Seperti mendengar kata-kata Mimi, Minwoo mengambil korek api yang hanya tersisa dua batang dari dalam saku bajunya. “Sekarang nyalakan,” pinta Mimi lagi.



Dengan ragu, Minwoo perlahan menyalakan satu batang korek api tersebut tanpa tau bahwa ia tengah melakukan sesuai dengan apa yang diminta oleh Mimi. Guncangan kereta membuat batang korek api terjatuh dan aliran air di lantai hampir mengenai putung korek.


Gagal menyalakan batang korek api, Minwoo mengurungkan diri untuk mencoba menyalakannya lagi.



Berdiri di tengah sekolah seorang diri, membuat Minwoo kembali seperti berada di masa lalunya. Saat Minwoo remaja dan Mimi masih bersama. Ia dapat melihat kenangan yang Mimi tinggalkan.



Di sana, di tempat yang sama, Mimi yang lugu menjadi stalker-sejati Minwoo-remaja. Gadis ini mengendap-endap hanya agar bisa melihat Minwoo dari kejauhan. Mimi berlarian dan menjaga jaraknya agar tak terlihat oleh Minwoo. Ia berdiri di balik pilar koridor, memperhatikan dengan penuh senyuman ke arah Minwoo yang tengah terduduk di jajaran kursi penonton.



Saat Minwoo pergi, Mimi menghampiri bekas tempat duduk Minwoo lalu mengambil kaleng minuman yang Minwoo tinggalkan. Mendapatkan bekas kaleng minuman Minwoo sudah cukup membuat Mimi tersenyum bahagia. Ia berputar-putar dan menari-nari kecil, tak mempedulikan siswa lain yang memperhatikannya.
Minwoo tertawa saat mengenang Mimi yang melakukan hal bodoh seperti itu hanya untuk dirinya.



Senyum Minwoo kembali menghiasi wajahnya saat ia pergi ke sebuah rumah, tempat dimana dulu saat SMA, dirinya dan ibunya menetap. Ia bisa melihat dengan jelas kenangan masa lalunya. Minwoo-remaja yang berganti pakaian lebih dari beberapa kali sebelum bertemu dengan Mimi. Minwoo-remaja yang mengubah gaya rambutnya di depan cermin selama beberapa menit, agar dapat lebih terlihat tampan di hadapan Mimi.



Sampai saat ini, lukisan mercusuar dan lautan yang pernah dilukis Minwoo untuk Mimi, masih ada di tembok itu. Lukisan yang menuntun Minwoo kembali mengingat Mimi. Mimi yang kala itu memintanya untuk memberikan tanda sebuah tangan, “Kau harus membuat tanda di sana. Kelak, saat kau sudah terkenal aku akan menjual ini,” tunjuk Mimi pada lukisan di hadapannya saat itu. Minwoo hanya tersenyum kecil.



Saat Mimi membantu Minwoo meletakkan telapak tangannya, Mimi memperhatikan jejak telapak tangannya. Ia lalu bergumam, “Lihat.. garis tangan ini. Apakah tanda garis tangan ini berarti sebuah panjangnya kehidupan?” tanya Mimi kala itu. Ia terus menerus meniupi jejak telapak tangan, sedangkan Minwoo hanya menatapnya. “Tapi di telapak ini, garis tanganmu bergaris pendek,” ucap Mimi yang segera menyatukan telapak tangannya dengan telapak tangan Minwoo, “Aku akan membagi garis tanganku untukmu.”



Mimi mengatakan hal ini dengan penuh harapan. Perkataan yang baru dimengerti oleh Minwoo, saat ini. Menyatukan telapak tangan, garis tangan Minwoo yang pendek, ungkapan Mimi tentang kehidupan berdasarkan garis tangan dan, “Aku akan membagi garis tanganku untukmu,” perkataan Mimi kala itu. Sama artinya dengan, memanjangkan kehidupan Minwoo yang pendek berdasarkan garis tangannya sendiri.



Minwoo yang baru memahami hal tersebut segera berlari ke pusat kota, tempat yang sama saat Mimi menyelamatkan dirinya. Ia juga teringat tentang rekaman pesan suara yang ada di handphone lamanya. Minwoo mencoba membuka rekaman pesan suara tersebut. Setelah memasukkan password, Minwoo dapat mendengar suara Mimi yang mencemaskan dirinya.

“Minwoo, dengarkan aku baik-baik. Aku mohon dengarkan aku. Kita akan bertemu tapi tidak di depan menara jam di pusat kota. Kita bertemu di depan gerbang sekolah, aku mohon. Kau mungkin tidak akan mempercayai apa yang akan aku katakan, tapi… akan terjadi sebuah kecelakaan dan dirimu akan terlibat kecelakaan itu,”

Potongan kenangan yang Minwoo genggam menjadi sempurna. Kenangan tentang Mimi menjadi jelas, dan semua perkataan Kyung Jin benar. Mimi sudah mati.


Desember 2003.
Mimi menggenggam tangan Minwoo dengan cemas, “Aku bermimpi tentang dirimu, mimpi yang pernah aku dapatkan sebelum ayahku meninggal dunia. Di dalam mimpiku, kau mengalamai kecelakaan di tempat ini. Di sini,” Mimi mengatakan semua kekhawatirannya. Minwoo memayungi Mimi, mencoba melindunginya dari deras hujan, “Kau mempercayai mimpi itu? Hanya mempercayai mimpi adalah hal gila.” kesal Minwoo. Ia ingin membuktikan kalau mempercayai mimpi seperti itu adalah hal yang tidak penting, “Sekarang aku akan membuktikannya, apakah mimpimu itu benar atau tidak, lihatlah.”



Minwoo berjalan melintasi jalan kota ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Dalam hitungan detik, mimpi Mimi menjadi kenyataan. Minwoo hampir tertabrak sebuah mobil yang datang dari arah berlawanan. Tapi, dengan cepat, Mimi menghampiri Minwoo, mendorongnya menjauh dari jalan, mendorong Minwoo menjauhi kematian yang seharusnya menimpa dirinya.


Semua kenangan yang Minwoo miliki sudah kembali. Tidak ada lagi puzzle yang hilang.

Ia menjadikan semua kenangan tentang Mimi sebagai inspirasi webtoon miliknya.


First Kiss.


Tak ada yang bisa menghentikan Minwoo dalam menuangkan semua hal yang ia ingat ke dalam bentuk karakter di dalam project webtoon itu. Tidak juga suara Mimi yang mencoba menahan Minwoo untuk menghentikan diri agar tidak lagi mengingat dirinya, “Hentikan.. Aku mohon.. Hentikan.. Jangan mengingat aku. Hentikan mengingat diriku,” suara Mimi berubah parau. Semakin nyata Mimi di dalam kenangan Minwoo semakin cepat Mimi akan meninggalkan dimensi manusia.


“Aku tidak ingin pergi. Aku tidak bisa pergi meninggalkanmu,” ungkap Mimi. Tangannya mencoba meraih tubuh Minwoo. Namun Minwoo segera bangkit dari duduknya, ia mencari-cari kotak korek api di dalam tas. Dengan tergesa, Minwoo menghambukan seluruh isi tasnya.



Setelah menemukan kotak korek api, Minwoo mulai mengaitkan semua hal terjadi. Mencoba mengingat perkataan Pria Bertato, bila, “Aku mengingat semuanya. Kau ada di sini, duduk di tempat itu, tepat saat gerhana terjadi. Dan saat itu adalah saat club ini dibuka pertama kali, 10 tahun yang lalu, saat gerhana datang dan saat jam berhenti berdentang tepat di angka 7. Dan, saat gerhana muncul maka bulan akan memiliki waktu yang panjang untuk bersembunyi,” ungkap Pria Bertato pada Minwoo kala itu.


Mimi juga mengatakan hal yang hampir sama, tentang gerhana yang hanya terjadi beberapa tahun sekali, “Tepatnya saat  gerhana yang muncul secara sempurna datang, maka masa lalu dan masa sekarang akan berdampingan. Keduanya tak terpisahkan, hingga seolah-olah kita dapat kembali ke masa lalu. Apa kau memiliki satu kenangan di masa lalu yang membuatmu sangat ingin kembali ke sana?” pertanyaan Mimi yang kala itu tidak mendapat jawaban apapun dari Minwoo.



Minwoo mendantangi tempat perbintangan, dengan telescope di hadapannya, gerhana terlihat sangat jelas. Ia merebahkan diri, menatap ke langit kemudian berbicara seorang diri, “Apa kau percaya, saat gerhana datang maka seseorang yang hidup bisa menggantikan mereka yang mati?” tanya Minwoo.


Bayangan Minwoo-remaja datang dan menjawab pertanyaan itu, “Kalau kau menonton sebuah film yang menceritakan tentang seorang wanita yang hidup di tahun 1977 dengan pria yang mencintainya berada di tahun 2000, maka kaitan antara gerhana dan dimensi lain di luar dimensi manusia itu ada.”

“Apa jika saat gerhana kali ini datang, aku menempati takdirku, dengan mati seperti yang seharusnya terjadi 10 tahun yang lalu, Mimi akan kembali hidup?” tanya Minwoo. Kali ini tak ada yang menjawab pertanyaannya, tidak juga dirinya sendiri.

Bersambung Sinopsis Mimi Episode 4 part 2 (END)